Salah satu object wisata kota Malang yang sering dikunjungi oleh wisatawan baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri adalah Toko Oen. Toko Oen terletak di jalan Jend. Basuki Rahmat No. 5 Malang. Ketika memasuki Toko Oen maka akan ditemui sebuah tulisan “welkom in Malang toko oen die sinds 1930 aan oe gasten gezeling herd geeft” yang kalau tidak salah berarti suatu penyambutan terhadap tamu dan memberi tahu bahwa toko oen ini didirikan sejak 1930.
Melewati pintu masuk, suasana tempo dulu langsung menyapa. Ada radio kuno di satu sudut. Ada pramusaji dengan busana ala zaman kolonial, juga beberapa kursi kayu kuno yang terawat.
Toko Oen merupakan Restoran legendaris yang menjadi ikon kota Malang, memiliki menu andalan yaitu aneka pattisiere, ice cream, dan minuman juice. Restoran ini tetap mempertahankan gaya klasik peninggalan Belanda dengan kursi rotan atau kayu dan interior tanpa AC, begitupun pelayannya dan kokinya.
Sejarah Toko Oen di Malang
1930. Toko Oen berdiri dengan nama Oen Ice Cream Palace Pattissier, sesuai yang tertulis pada tembok depan toko tersebut. Sejak awal dibuka, pemilik restoran terkenal itu adalah orang Tionghoa bernama Max Liem, dengan marga Oen. Sajian utama restoran ini yakni menu spesial Belanda.
Pada masa itu, Toko Oen menjadi tempat favorit berkumpulnya orang-orang Belanda dan Eropa di Malang.
1947. Pada Kongres Komite Nasional Indonesia Pusat yang didakan 25 Februari 1947, restoran ini menjadi tempat mangkal peserta kongres se-Indonesia. Mereka makan siang dan minum di sini. Bangunan restoran ini juga salah satu yang selamat dari aksi bumi hangus di Malang.
1991. Restoran berganti kepemilikan, namun pemilik baru tidak mengubah fungsinya. Tidak seperti Toko Oen di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta, pemilik baru mengganti bentuk bangunan ke gaya yang lebih modern serta komersil.
Tinggal Toko Oen di Malang dan Semarang saja yang berkomitmen meneruskan gaya kolonial khas kios es krim bersejarah tersebut.
Sekarang Hingga kini menu masakan Belanda serta minuman tradisional masa lalu seperti sekoteng masih bisa dinikmati di tempat ini. Bahkan berbagai kudapan masa lalu juga tersedia. Restoran tersebut kini menjadi satu-satunya tempat makan di Kota Malang yang masih menampilkan suasana masa lalu.
Meja, kursi, dan lemari masih dibiarkan sama seperti dulu. Kursi kayu dan rotan nuansa tempo dulu juga masih utuh. Bahkan pakaian yang dikenakan pelayan juga dipertahankan seperti dulu, yakni berwarna putih.
Itu sebabnya wisatawan dari Belanda dan Eropa lainnya selalu mengunjungi restoran ini untuk bernostalgia. Mengingat kembali masa tinggal mereka di Kota Malang.
Sejarah Toko Oen di Semarang
Pada tahun 1912 ibu Liem Gien Nio (”Oma Oen”) mendirikan toko kue di Jogyakarta, yang dikasih nama “Oen”
Melewati pintu masuk, suasana tempo dulu langsung menyapa. Ada radio kuno di satu sudut. Ada pramusaji dengan busana ala zaman kolonial, juga beberapa kursi kayu kuno yang terawat.
Toko Oen merupakan Restoran legendaris yang menjadi ikon kota Malang, memiliki menu andalan yaitu aneka pattisiere, ice cream, dan minuman juice. Restoran ini tetap mempertahankan gaya klasik peninggalan Belanda dengan kursi rotan atau kayu dan interior tanpa AC, begitupun pelayannya dan kokinya.
Sejarah Toko Oen di Malang
1930. Toko Oen berdiri dengan nama Oen Ice Cream Palace Pattissier, sesuai yang tertulis pada tembok depan toko tersebut. Sejak awal dibuka, pemilik restoran terkenal itu adalah orang Tionghoa bernama Max Liem, dengan marga Oen. Sajian utama restoran ini yakni menu spesial Belanda.
Pada masa itu, Toko Oen menjadi tempat favorit berkumpulnya orang-orang Belanda dan Eropa di Malang.
1947. Pada Kongres Komite Nasional Indonesia Pusat yang didakan 25 Februari 1947, restoran ini menjadi tempat mangkal peserta kongres se-Indonesia. Mereka makan siang dan minum di sini. Bangunan restoran ini juga salah satu yang selamat dari aksi bumi hangus di Malang.
1991. Restoran berganti kepemilikan, namun pemilik baru tidak mengubah fungsinya. Tidak seperti Toko Oen di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta, pemilik baru mengganti bentuk bangunan ke gaya yang lebih modern serta komersil.
Tinggal Toko Oen di Malang dan Semarang saja yang berkomitmen meneruskan gaya kolonial khas kios es krim bersejarah tersebut.
Sekarang Hingga kini menu masakan Belanda serta minuman tradisional masa lalu seperti sekoteng masih bisa dinikmati di tempat ini. Bahkan berbagai kudapan masa lalu juga tersedia. Restoran tersebut kini menjadi satu-satunya tempat makan di Kota Malang yang masih menampilkan suasana masa lalu.
Meja, kursi, dan lemari masih dibiarkan sama seperti dulu. Kursi kayu dan rotan nuansa tempo dulu juga masih utuh. Bahkan pakaian yang dikenakan pelayan juga dipertahankan seperti dulu, yakni berwarna putih.
Itu sebabnya wisatawan dari Belanda dan Eropa lainnya selalu mengunjungi restoran ini untuk bernostalgia. Mengingat kembali masa tinggal mereka di Kota Malang.
Sejarah Toko Oen di Semarang
Pada tahun 1912 ibu Liem Gien Nio (”Oma Oen”) mendirikan toko kue di Jogyakarta, yang dikasih nama “Oen”
Pada tahun 1936 nama “Oen” diberikan paten oleh Opa Oen. Toko Oen Semarang didirikan pada tahun 1936 di sebuah gedung yang dulu dimiliki oleh orang inggris dan bernama Grillroom, yang dibeli oleh Opa Oen pada tahun 1935. Beralamat di Bodjong No. 52 (kini Jln Pemuda). Kemudian diwariskan kepada generasi ke-2 Oen Liem Hwa. Kemudian diwariskan kepada anak-anaknya. Sehingga sekarang restoran dikelola oleh pemilik generasi ke-3: Jenny Megaradjasa sama suaminya Sando Kalalo.
Pada masa kini, Toko Oen kadang-kadang masih dikunjungi oleh bekas militer Belanda. Mereka yang dulu datang ke restoran ini pasti berpangkat opsir. Pasalnya, gaji serdadu tidak mungkin cukup untuk makan di Toko Oen.
Beberapa makanan yang disajikan di restoran ini adalah “Uitsmijter” (2 potong roti, telur mata sapi, keju dan daging), ” “Huzarensalade” (salad dingin berisi daging sapi, acar dan sayuran), “Rijsttafel” (nasi dengan banyak lauk-pauk), Nasi Goreng, dan lain-lain. Yang istimewa di restoran ini adalah es krim “Tutti Frutti” (”semua buah-buahan”) . Sejenis eskrim tradisional khas Jawa Tengah yang sangat enak dapat kita temui disini juga, yaitu “Es Puter” rasa durian, stroberi dll.
0 komentar:
Posting Komentar